http://upi.edu/
oleh: Risma Fitria Andriani
Latar
belakang
Anak
merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu kita harus
menjaga anak sebagai amanah yang di titipkan. Dalam fase kehidupannya anak
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus di penuhi olehnya. Perkembangan
itu teroptimalisasikan atas faktor genetika, pola asuh, dan lingkungan.
Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang
berbeda-beda. Untuk memahami bagaimana perkembangan anak, juga perlu
dipahami permasalahan-permasalahan apa yang dialami anak selama
perkembangannya. Hal ini perlu dilakukan agar kita benar-benar dapat mengetahui
setiap perubahan yang terjadi pada diri anak.
Ketika
anak berkembang sudah pastilah anak mengalami kesulitan-kesulitan yang harus
terus di bimbing. Ketidakmampuannya untuk tidak dapat melakukan apa yang
seharusnya di lakukan mereka sebut masalah. Permasalahan yang timbul pada anak
haruslah segera di atasi karena akan berdampak pada pengembangan
permasalahan-permasalahan yang lain.
Salah
satu permasalahan yang sering kali terjadi dikalangan anak adalah mencontek.
Anggia Rizka memaparkan dalam blognya Mencontek dapat diartikan sebagai perbuatan untuk mencapai
suatu keberhasilan dengan jalan yang tidak sah. Walaupun dalam hal ini kata
“keberhasilan” dan “sah” masih dapat diperdebatkan. Akhirnya mencontek menjadi
budaya yang kian semarak, lalu siapa yang dapat disalahkan apabila mencontek
terus mengakar pada kalangan anak, yang merupakan penerus generasi bangsa dan
Negara ini.
Pada artikel ini penulis akan
mencoba memaparkan momok yang perlu kita kaji bersama yaitu ‘Budaya Mencontek
Pada Anak SD’.
Pembahasan
Mencontek
merupakan salah satu permasalahan yang kini membudaya. Bukan hanya orang dewasa
namun hal ini terjadi di kalangan anak usia SD. Mencontek adalah suatu usaha yang kebanyakan
dilakukan oleh para pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa untuk melihat buku
catatan, buku panduan, ataupun menyalin pekerjaan teman secara
sembunyi-sembunyi guna mendapatkan jawaban dari mata pelajaran yang diujikan.
Sebenarnya ada beberapa alasan
mengapa mereka mencontek, yaitu sebagai berikut:
1. Dari diri kita sendiri
Karena kurangnya percaya diri, sudah menjadi kebiasaan, merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan, menganggap beberapa pelajaran penting, dan beberapa pelajaran tidak penting,dan terpengaruh dari budaya instan.
1. Dari diri kita sendiri
Karena kurangnya percaya diri, sudah menjadi kebiasaan, merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan, menganggap beberapa pelajaran penting, dan beberapa pelajaran tidak penting,dan terpengaruh dari budaya instan.
2.
Dari guru
- Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan
baik sehingga yang terjadi tidak ada
variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
- Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat
soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain
sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
- Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat
soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain
sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
- Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati
dari text book.
- Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru
berkenaan dengan mudahnya soal diberikan
kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
3. Dari orang tua
Adanya hukuman yang berat apabila anaknya tidak berprestasi dan ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi adalah pemaksaan kehendak.
Adanya hukuman yang berat apabila anaknya tidak berprestasi dan ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi adalah pemaksaan kehendak.
4. Dari Sistem Pendidikan
Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa dan muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa dan muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
Dari uraian di atas dapat
diidentifikasi bahwa ada empat faktor yang menjadi penyebab mencontek yaitu:
1) Faktor individual atau pribadi dari pencontek
2) faktor lingkungan atau pengaruh kelompok
3) faktor sistem evaluasi dan
4) faktor guru atau penilai.
Kasus kecurangan dalam ujian merupakan
salah satu kasus dimana kebiasaan mencontek menjadi sangat jelas untuk diamati.
Lebih jauh lagi, kebiasaan mencontek terjadi juga dalam kegiatan-kegiatan
sekolah lainnya baik mencontek pekerjaan rumah, dan lain-lain. Bila seseorang
pelaku pencontekan ditanya tujuan mereka mencontek maka jawaban yang mereka
katakan adalah mereka mencontek itu dikarenakan banyaknya tekanan. Tekanan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Adanya pembatasan standar nilai dari pemerintah
2. Adanya tekanan dari orangtua untuk mendapatkan nilai baik
3. Mengokohkan jalan untuk mendapatkan kesuksesan
4. Ingin mendapatkan nilai ujian yang lebih baik
5. Tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri
1. Adanya pembatasan standar nilai dari pemerintah
2. Adanya tekanan dari orangtua untuk mendapatkan nilai baik
3. Mengokohkan jalan untuk mendapatkan kesuksesan
4. Ingin mendapatkan nilai ujian yang lebih baik
5. Tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri
Faktor tekanan dari berbagai pihak
mejadikan anak seorang pencontek, hal ini dilakukan untuk terhindar dari
hukuman-hukuman yang diberikan ketika mereka gagal. Padahal seharusnya anak
didik untuk merasakan hal-hal yang akan mendidik mereka. Seperti halnya rasa
gagal, ini akan menumbuhkan rasa keinginann untuk menjadi yang lebih baik,
tentunya hal ini didukung dari peran orang tua, guru dan faktor lingkungan
anak. Oleh karena itu, mencontek sudah seharusnya dihindari, kebiasaan itu
dapat dikikis apabila timbul keinginan dan kesadaran dari dalam individu
tersebut untuk menjadi diri sendiri, dibandingkan menjadi yang terbaik akan
tetapi hasil dari kebohongan yang dilakukan dengan mencontek.
Berkenaan dari uraian di atas, dapat
ditegaskan bahwa yang terpenting dalam pendidikan adalah bagaimana menciptakan
faktor kondisional yang dapat mengundang dan memfasilitasi seseorang untuk
selalu berbuat secara moral dalam ujian (tidak “mencontek”) maka caranya adalah
mengkondisikan keempat faktor di atas ke arah yang mendukung, yaitu sebagai
berikut:
1) Faktor pribadi dari pencontek
a. Bangkitkan rasa percaya diri
b. Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
c. Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
a. Bangkitkan rasa percaya diri
b. Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
c. Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
2) Faktor Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode
etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral
3) Faktor Sistem Evaluasi
a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
b. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
c. Lakukan pengawasan yang ketat
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan
mempertimbangkan prinsip pedagogy serta prinsip andragogy.
a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
b. Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
c. Lakukan pengawasan yang ketat
d. Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan dengan
mempertimbangkan prinsip pedagogy serta prinsip andragogy.
4) Faktor Guru
a. Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b. Bersikap rasional dan tidak ”mencontek” dalam memberikan tugas ujian/tes.
c. Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
d. Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
a. Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
b. Bersikap rasional dan tidak ”mencontek” dalam memberikan tugas ujian/tes.
c. Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
d. Berikan umpan balik atas setiap penugasan.
Penutup
Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan secara menyeluruh yaitu, mencontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ini bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Mencontek bukan hanya terjadi di kalangan orang-orang dewasa, tetapi di kalangan anak SD juga sudah marak terjadi. Dengan demikian, mencontek lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis.
Sebagai saran agar tidak membiasakan diri untuk mencontek dalam ujian diantaranya:
1. Orangtua tidak terlalu menuntut anak agar anak bisa mendapatkan nilai ujian yang lebih baik,
karena hal itu akan membuat anak merasa tertekan
2. Anak menyiapkan diri belajar dari hari-hari sebelum menjelang ujian
3. Guru membuat bentuk soal-soal ujian yang disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta
didik dan dengan mempertimbangkan prinsip pedagogy serta prinsip andragogy.
Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan secara menyeluruh yaitu, mencontek adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ini bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Mencontek bukan hanya terjadi di kalangan orang-orang dewasa, tetapi di kalangan anak SD juga sudah marak terjadi. Dengan demikian, mencontek lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis.
Sebagai saran agar tidak membiasakan diri untuk mencontek dalam ujian diantaranya:
1. Orangtua tidak terlalu menuntut anak agar anak bisa mendapatkan nilai ujian yang lebih baik,
karena hal itu akan membuat anak merasa tertekan
2. Anak menyiapkan diri belajar dari hari-hari sebelum menjelang ujian
3. Guru membuat bentuk soal-soal ujian yang disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta
didik dan dengan mempertimbangkan prinsip pedagogy serta prinsip andragogy.
Daftar Pustaka
Ikhsan. (2010). Mengenali pengertian mencontek. [Online]. Tersedia : http://www.ayruzallein.
co.cc/2010/10/mengenali-pengertian-mencontek-dan.html. [07 Januari 2011].
Riska,
A. (2009). Budaya Mencontek.
[Online]. Tersedia: http://rumahbelajaritb.wordpress.com
/2009/02/04/budaya-mencontek.html. [07 Januari 2011].http://upi.edu/
hmmm
BalasHapus